Social Icons

Pages

Wednesday 5 June 2013

Apakah Nasionalisme Masih Dibutuhkan Di Era Globalisasi Ini?

Sebagaimana telah kita sadari bahwa arus globalisasi seolah telah menghilangkan batas antar negara. Perbedaan identitas antara “bangsa kita” dengan “bangsa mereka” telah menjadi kabur. Dilihat dari aspek ekonomi-moneter, informasi, teknologi hubungan antar negara seolah tidak lagi ada lembaga yang berdaulat. Jargon yang dikembangkan Amerika sebagai masyarakat dunia sebagai pengganti dunia bebas seolah telah menetrasi kedalam kesadaran kolektif masyarakat. Nasionalisme seolah tidak dibutuhkan lagi.
Fakta membuktikan bahwa setiap bangsa masih membutuhkan dan menegakkan nasionalisme. Bagaimana kita mengetahui bangsa malaysia harus membatasi jumlah pekerja yang datang dari luar negeri, termasuk mengusir TKI, Amerika yang masih tetap mempermasalahkan kematian beberapa warganya di Irian. Bagaimana bangsa-bangsa maju masih mengenakan pembatasan(kuota) pada produk negara kita?.
Sudah barang tentu ada pelbagai pilihan untuk menghadapi ancaman kapitalisme di era globalisasi yang kini telah melaksanakan agenda neo liberalisme. Kita tidak pasrah bongkokan terhadap perkembangan kapitalisme di era globalisasi ini. Barangkali langkah yang paling mungkin adalah berelasi dengan kapitalisme global dengan tetap kritis dan kreatif dalam mensiasatinya. Agar tidak larut dalam proses globalisasi yang lebih banyak menguntungkan kapitalisme, proses pencerdasan bangsa menjadi tuntutan utama. Masyarakat yang cerdas tidak dengan mudah larut dengan proses penyeragaman pola pikir dan gaya hidup –gaya dan pola makan hingga cara berpikir-- yang semakin marak di jaman globalisasi.
Keprihatinan bangsa dan masyarakat yang sedang terjadi dapat menjadi lahan untuk merenung dan mempertanyakan serta merumuskan identitas diri serta membangun kesadaran kolektif.Perasaan rendah diri (inferiority feeling) yang melanda bangsa Indonesia perlu digugat kembali sehingga kita dapat berdiri tegak dan menatap kedepan. Potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus dibangkitkan kembali dengan cara disiplin dan kerja keras. Kualitas diri dan prestasi tidak akan dapat diperoleh tanpa ada kerja keras sehingga kemungkinan perubahan struktur dapat disiasati secara cerdas.
Mereka yang cerdas dapat memahami historisitas diri dan masyarakatnya, sehingga dapat berelasi dengan orang lain. Sebagai individu perlu berelasi dengan individu atau kelompok lain sehingga kebutuhan akan kerjasama dan membangun jejaring (networking) menjadi kebutuhan. Dalam proses membangun dan mengembangkan jejaring dibutuhkan saling percaya. Saling percaya hanya akan muncul kalau dilandasi oleh kejujuran dan tuntutan untuk saling menjaga kualitas. Kecerdasan, kepercayaan diri, jejaring yang dilandasi oleh kejujuran tidak hanya dapat membangun komunitas baru yang lebih baik, melainkan juga dapat menghapus stigma rendah diri, sektarianisme dan otoritarianisme.

Kapan kita bangga sebagai bangsa Indonesia? Negara Indonesia yang mempunyai kekayaan alam luar biasa namun kehidupan sebagian besar masyarakatnya sangat menderita bukanlah akibat takdir, melainkan kelalaian kita sebagai manusia yang terlalu cepat pasrah dan menyerah sebelum bekerja keras membanting tulang, memeras otak, menegakan keadilan dan larut dengan buaian kesadaran palsu yang diciptakan kapitalisme. Di pundak warga yang sadar akan situasi keprihatinan yang dihadapi bangsa obor nasionalisme dapat dinyalakan untuk menerangi rimba kegelapan. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga kita, organisasi kita, masyarakat kita dan nantinya akan bermuara pada bangsa kita. Semoga dari aktivitas yang kecil dapat merembes kemana-mana sehingga impian the founding fathers dan kita menjadi bangsa yang merdeka, adil dan makmur dapat terwujud. Amien.

No comments:

Post a Comment