Social Icons

Pages

Wednesday 5 June 2013

Mengapa Nasionalisme Belum Dapat Menjadikan Indonesia Adil dan Makmur

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya ternyata nasionalisme di Indonesia belum dapat diterapkan karena masih adanya beberapa kelemahan. 
Akibatnya cita-cita mencapai masyarakat yang adil dan makmur belum tercapai. Selama ini masih banyak kekurangan yang terjadi dalam melaksanakan nasionalisme. Musuh-musuh nasionalisme, yaitu feodalisme dan kapitalisme ternyata berhasil memainkan peran setelah Indonesia merdeka.
Kaum feodalis dan kapitalis kemudian mempersempit nasionalisme pada ketundukan pada penguasa saja, sehingga mereka yang kritis dianggap tidak nasionalis. Ironisnya kaum feodalis yang bersekutu dengan kaum kapitalis lebih banyak berperan sebagai komprador.
Kepentingan bangsa dan negara dikorbankan untuk memenuhi selera mereka, sehingga budaya korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi merajalela. Belajar dari pengalaman tersebut kini sudah saatnya bagi kita selain berdiskusi tentang nasionalisme juga sangat diperlukan realisasinya.
  • Bagaimana Cara Merealisasikan Nasionalisme?

Era reformasi yang lebih banyak dikendalikan oleh kekuatan asing menyebabkan proses perubahan tidak dapat menguntungkan rakyat dan bangsa Indonesia. Rasa percaya diri untuk bangkit dari keterpurukan telah lenyap karena bangsa kita telah kehilangan TRUST. Elite tidak percaya dengan dirinya sendiri sehingga perilaku mereka cenderung korup, elitis dan bergaya selebritis. Rakyat semakin kesulitan mencari figur teladan. Mereka heran melihat pola hidup elite yang seolah tidak pernah kesulitan ekonomi di tengah-tengah bangsanya yang sedang sekarat. Wawasan kebangsaan yang diperjuangkan oleh The Founding Fathers sedang mengalami ujian yang berat.
Rakyat yang sudah tidak percaya pada pemimpin indikator dari lapuknya kebangsaan karena masing-masing pihak telah kehilangan ikatan batin dan ideologis dalam mengggapai kehidupan sekarang dan masa depan. Inilah sebenarnya salah satu ancaman disintegrasi yang cukup mendasar.Untuk itu diperlukan usaha yang serius dan terus menerus dalam membangun kembali bingkai kebangsaan dengan cara membangun kesadaran diri dan jaringan di masyarakat.
Tidak mungkin kita membangun wawasan kebangsaan yang baik kalau dalam diri kita belum ada usaha untuk mengembangkan etos kerja yang tinggi serta semangat pengabdian yang tulus. Bagaimana kita dapat membangun dan merangkai saling kepercayaan kalau diri kita sendiri tidak dipercaya oleh orang lain? Disiplin, dedikasi dan integritas pribadi dari masing-masing pribadi yang tergabung dalam usaha membangkitkan kembali wawasan kebangsaan menjadi prasyarat mendasar. Untuk itu usaha membangun wawasan kebangsaan harus dimulai dari kita.
Mari kita mulai memenuhi kebutuhan dengan mengandalkan pertimbangan akal sehat sehingga kita tidak mengaburkan antara need dan want. Pola hidup konsumtif yang mudah dikendalikan oleh hipnotis iklan akibat karena kurangnya kemampuan membedakan want dan need, sehingga mudah menjadi sosok manusia yang berdimensi tunggal, one dimenstional man. Mengapa kita harus ganti peralatan yang ada sementara fungsinya tetap sama gara-gara ada iklan yang seolah dengan benda tersebut gengsi kita naik? Saya setuju mereka yang kelebihan uang digunakan untuk melibatgandakan modal. Bila mereka punya modal ada peluang membeli aset ekonomi bangsa sehingga tidak terjual pada bangsa lain. Syukur kalau sebagian diantara hartanya itu juga untuk memberi energi gerakan.
Kejujuran di antara kita akan menjadi modal dasar dalam menggerakkan organisasi. Hanya dengan kejujuran itulah masyarakat yang ingin kita jadikan sasaran mengembangkan dan membangkitkan kembali wawasan kebangsaan dapat percaya. Bagaimana kita memaksa orang lain percaya kalau diantara kita masih ada saling ketidakpercayaan. Untuk itu transparansi dan akuntabilitas organisasi wajib mendapat prioritas sehingga organisasi yang ada dapat berubah menjadi institusi. Sebuah lembaga yang penuh dengan pelbagai nilai ketulusan, kejujuran dan keseriusan punya potensi menjadi motor penggerak perubahan yang tidak hanya semata-mata mengandalkan citra melainkan pada dedikasi dan kualitas yang sesungguhnya. Tiadanya kebanggan terhadap produk dalam negeri dan khususnya pada produk bangsa sendiri dan terlalu cepat bangga dengan produk asing karena selama ini kita tidak mengutamakan kualitas. Produk bangsa sendiri yang berhasil menjaga kualitas akan menjadi pilihan. Contoh dari kaos Dagadu hingga kosmetik Sari Ayu membuktikan hal itu.
Di antara kita perlu saling berbagi informasi terhadap problem masyarakat sehingga wawasan kebangsaan yang selama ini cenderung normatif dapat menjadi sesuatu yang workable. Maksudnya pada tataran pengembangan wawasan kebangsaan yang berdimensi kerakyatan kita perlu menekankan kesadaran kehidupan yang selalu berbasis dan berorientasi pada rakyat. Jadi pelbagai usaha yang dilakukan oleh masyarakat perlu mempertimbangkan kemanfaatannya bagi masyarakat.
Agar masyarakat tidak terkotak secara primordial maka usaha yang dilakukan perlu adanya jaringan yang sinergis dan fungsional. Disini lembaga sangat berperan dalam ikut mendampingi proses pembangunan dan pengembangan jejaring. Tanpa adanya jejaring yang kuat potensi mereka bersaing dengan produk asing tidak akan maksimal. Dalam dimensi religi kesadaran akan kesalehan ritual perlu diimbangi oleh kesalehan sosial sehingga kita dapat menjadi bangsa yang toleran. Kepercayaan diri dan kemauan untuk bekerjasama merupakan modal sosial yang dapat menggerakkan dan merealisasikan wawasan kebangsaan.

Barangkali kalau masyarakat sasaran sudah dapat bangkit dari ketidakpercayaan diri itulah akan muncul suatu harapan. Sebuah harapan di seberang jembatan emas sana agak ada masyarakat yang adil dan makmur, suatu bangsa yang merdeka secara politik, mandiri secara ekonomi serta berkepribadian yang tinggi. Bila anak-anak pergerakan dulu menggambarkan jembatan emas itu adalah kemerdekaan, maka kita harus menyadarkan mereka bahwa jembatan emas itu adalah kerja keras dan kerjasama yang dilandasi oleh kejujuran dan ketulusan untuk kemajuan dan kemakmuran bersama.

No comments:

Post a Comment